08 Desember 2009

ARTI LAMBANG KOTA BEKASI








Arti Logo

1. Lambang Daerah berbentuk perisai dengan warna dasar hijau muda dan biru langit yang berarti harapan masa depan dan keluasan wawasan serta kejernihan pikiran

2. Sesanti "KOTA PATRIOT" artinya adalah semangat pengabdian dalam perjuangan bangsa. Didalam Lambang Daerah tersebut terdapat lukisan-lukisan yang merupakan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Bambu runcing berujung lima yang berdiri tegak dengan kokoh mempunyai 2 (dua) makna yaitu:

- Melambangkan hubungan vertikal Makhluk dengan khaliknya (Manusia dan Tuhannya) yang mencerminkan masyarakat Bekasi yang religius

- Melambangkan semangat patriotisme rakyat Bekasi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Bangsa dari Negara yang tidak mengenal menyerah sehingga Bekasi menyandang predikat sebagai Kota Patriot

b. Perisai pesegi lima melambangkan ketahanan fisik dan mental masyarakat Bekasi dalam menghadapi segala macam ancaman, gangguan, halangan dan tantangan yang datang darimanapun juga terhadap kelangsungan hidup Bangsa dan Negara republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

c. Segi Empat melambangkan Prasasti Perjuangan Karawang Bekasi

d. Pilar Batas Wilayah

e. Padi dan Buah-buahan melambangkan jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa pada saat membentuk Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi

- Buah-buahan berjumlah 7 (tujuh) besar dan 1 (satu) kecil yang melambangkan 7 kecamatan dan 1 kecamatan pembantu

- Padi berjulah 50 (lima puluh) butir melambangkan 50 Kelurahan/Desa

f. Tali simpul berjumlah 10 (sepuluh) yang mengikat ujung tangkai padi dan buah-buahan melambangkan tanggal Hari Jadi, 3 (tiga) buah anak tangga menyangga bambu runcing melambangkan Bulan Hari Jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.

g. 2 (Dua) baris Gelombang Laut atau Riak Air melambangkan dinamika Mayarakat dan Pemerintah daerah yang tidak akan pernah berhenti membangun daerah dan Bangsanya.



Kuning       : Kemuliaan dan menunjukkan daerah Permukiman.

Biru Langit : Keluasan wawasan dan kejernihan pikiran serta menunjukkan zone industri.

Putih          : Kesucian perjuangan

Merah       : Keberanian untuk berkorban serta menunjukkan daerah perdagangan dan jasa.

Hijau Muda : Harapan masa depan serta menunjukkan daerah Pertanian dan Hortikultura.

Hitam : Ketegaran patriot sejati.

Read More......

28 November 2009

ARTI LAMBANG TERATAI








Setangkai bunga teratai yang mekar dan dikelilingi oleh gelang rantai, yang mana rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat, berjumlah 16 mata rantai bulat dan 16 mata rantai belah ketupat.

Makna dari lambang tersebut adalah :

a. Lambang berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas air, hal ini bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang berkembang dan membangun.

b. Bunga teratai berdaun bunga 3 (tiga) helai tumbuh ke atas (mahkota bunga), bermakna belajar, bekerja, dan berbakti.

c. Bunga teratai berkelopak 3 (tiga) helai mendatar bermakna aktif, disiplin, dan gembira.

d. Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin) tanah air.

Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.

Read More......

10 November 2009

Teori Prilaku







Teori Prilaku memfokuskan penelitiannya pada dua hal pokok, yaitu :

1. Prilaku Pemimpin

2. Penampilan dan Kepuasan Bawahan



Studi Teori Prilaku adalah berbagai macam prilaku pemimpin yang menimbulkan pengaruh terhadap penampilan dan rasa puas bawahan.



Kepemimpinan diidentifikasikan kedalam prilaku, yaitu :

1. Mengutamakan tugas ( Permphesis )

2. Bertenggang Rasa ( Consideration )

3. Membangkitkan kepercayaan ( Inspiration )

4. Penghargaan Dan Pengakuan ( Praise recoginition )

5. Kemnunglinan pemberian imbalan atau penghargaan ( Strukturing reward contigenties )

6. Partisipasi Pengambilan keputusan ( Decesion Participation )

7. Memberikan otonomi dan delegasi ( Autonomy Delegation )

8. Memberikan Klasifikasi peranan pemimpin ( Role Clarification )

9. Menetapkan tugas ( Goal Setting )

10. Pelatihan ( Training Coaching )

11. Penyebaran informasi ( Information Dissemination )

12. Pemecahan masalah ( Problem Solving )

13. Perencanaan ( Planing )

14. Koordinasi ( Coordination )

15. Fasilitas kerja ( Work Facilition )

16. Wakil organisasi ( Representation )

17. Menciptakan Suasana kerja ( Interaction Faciliuon )

18. Mengendalikan konflik ( Conflict Management )

19. Kritik, Disiplin ( Criticism, Discipline )


Teori Kontingensi

Seorang pemimpin yang baik menurut teori ini harus mampu membawa perilakunya sesuai dengan situasi, mampu melakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan motif yang berbeda – beda.

Inti dari teori Kontigensi atau situasi adalah :

Perilaku pemimpin cenderung berbeda – beda dari situasi ke situasi yang lain tergantung kepada tingkat kedewasaan bawahan.

Empat ( 4) perilaku Kepemimpinan :

Direktif : Seorang pemimpin yang cenderung mengutamakan perintah, petunjuk dan pengawasan.

Konsultatif : Perilaku pemimpin yang cenderung bersikap melakukan komunikasi dua arah.

Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan keluhan dan perasaan.

Partisipatif : Pemimpin makin mendengarkan secara intensif kepada bawahan serta menciptakan komunikasi dua arah yang makin meningkat.

Pemimpin turun kebawah bersama bawahan di dalam menentukan pengambilan keputusan

Delegatif : Pemimpin memberikan wewenang kepada bawahan untuk menyelesaikan tugas – tugas sesuai dengan kewenangannya, sebab bawahan dianggap telah memiliki kecakapan dan kepercayaan untuk memikul tanggung jawab.



Read More......

26 Oktober 2009

TATA CARA MELIPAT DAN MEMBENTANG BENDERA


Teknik melipat bendera dan membentang bendera dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Teknik lipat 3

2. Teknik lipat Genap

Dibawah ini akan dijelaskan tata cara melipat bendera dengan teknik lipat genap. Teknik lipat genap sering digunakan karena kemungkinan kesalahannya sangat kecil. Maksudnya genap disini adalah jumlah lipatannya dapat 4, 6, 8, 10, asalkan genap dan disesuaikan dengan panjang bendera.

Cara melipat Bendera

1. Patokan memegang bendera warna putih di tangan sebelah kanan dan warna merah di tangan sebelah kiri

2. Pembentang memegang bendera warna merah di tangan sebelah kanan dan warna putih di tangan sebelah kiri

3. Bendera direntangkan, kemudian dilipat menjadi dua bagian, bagian putih menghadap ke atas

4. Kemudian dilipat memanjang menjadi dua bagian lagi, warna putih berada di dalam tertutup warna merah

5. Pembentang melipat bendera menjadi beberapa bagian yang genap dengan arah zig – zag

6. Setelah menjadi beberapa bagian yang genap, lipat menjadi 2 bagian dengan arah horizontal ke dalam.

Cara Membentang Bendera

1. Pembentang, tangan kanan memgang bendera warna merah, tangan kiri memegang bendera warna putih

2. Patokan, tangan kanan memegang bendera warna putih, tangan kiri memegang bendera warna merah

3. Setelah itu pembentang mundur 3 (tiga) langkah, tangan masih dlam keadaan lurus

4. Setelah mundur 3 langkah, pembentang membentangkan bendera sedangkan patokan diam

TATA CARA PENGIBARAN & PENURUNAN BENDERA

Yang terlibat langsung dalam pengibaran terdiri dari tiga orang , yaitu :

· Pengerek ( sebelah kiri pasukan )

· Pembawa Bendera ( ditengah )

· Pembentang Bendera ( sebelah kanan pasukan )

1. Pengerek dan pembentang bendera memegang tali bersama – sama, bukan memegang tiangnya, punggung tangan yang memegang tali menghadap ke depan.

2. Kemudian pengerek bendera mulai membuka tali pada tiang, perhatikan cara membuka talinya.

3. Pengerek melihat keatas untuk menchek apakah talinya sudah benar ataukah terbelit.

4. Setelah posisi tali benar berikan / serahkan salah satu tali pada pembentang bendera.

5. Pengerek melakukan tindakan penyelamatan gaya tindakan penyelamatan ini bebas, yang penting adalah tali tersebut tidak terlepas dari tangan pengerek.

6. Selanjutnya pengerek bendera memasang catok pada bendera, catok yang sebelah atas ke bagian warna merah dan catok yang satu lagi ke bendera warna putih.

7. Kemudian pembentang menyerahkan tali yang dipegangnya ke pengerek.

8. Langkah selanjutnya adalah pembentangan

Pembentang mundur 3 langkah ke belakang, setelah tiga langkah ke belakang baru bendera dibentangkan.

Bersamaan dengan mundurnya pembentang, pengerek menarik tiga kali ( kondisikan )

Selanjutnya pembentang menolehkan kepala ke arah Pemimpin Upacara dan memberikan isyarat dengan lantang dan keras “ Bendera Siap “. Pemimpin Upacara memberi aba – aba penghormatan pada bendera merah putih.

9. Tindakan selanjutnya adalah pengerekan bendera

Pembentang maju kedepan dengan langkah yang tegap dan tangan yang masih membentangkan bendera, langkahnya tidak kaku, tidak santai, tidak asal – asalan, setelah sampai didepan tiang lemparkan ujung bendera berwarna putih ke arah belakang pembentang yang sesuai dengan arah angin.

Bendera dikerek seirama dengan lagu Indonesia Raya, posisi telapak tangan pengerek, pengulur, dan pembentang menggenggam. Keadaan tangan Pengerek dan pembentang pada saat pengerekan terlihat seperti cermin.

Bendera harus sudah sampai dipuncak tiang pada kata “ Hiduplah ……” bait terakhir dari Lagu Indonesia Raya.

Ketika aba – aba “ TEGAK = GERAK “ dari Pemimpin Upacara, maka Pengerek dan Pembentang langsung mendekatkan tangan pada tiang, dan tali dari Pembentang langsung diambil oleh pengerek.

10. Langkah yang terakhir adalah pengikatan tali pada tiang.

Pengikatan tali ini dilakukan oleh Pengerek

Yang harus diperhatikan dalam pengikatan tali ini adalah posisi bendera yang telah berada diatas tidak boleh turun kembali, sehingga bagian tali yang berada di tangan pengerek harus diikatkan terlebih dahulu dengan kuat, kemudian kedua tali diikatkan sampai tali tersebut habis.

Catatan :

Kata yang dicetak tebal dan digaris bawahi 10 tahapan penaikan bendera yang harus tersusun dan tidak boleh terlewat.

10 Tahap Penurunan Bendera

1. Memegang tali

2. Membuka tali

3. Penggerek melihat keatas

4. Serahkan tali dari pengerek ke pembentang

Pembentang memberikan isyarat dengan lantang dan keras “Bendera Siap”

5. Penurunan Bendera

Pembentang menarik tali dan pengerek mengulur dengan sedikit menahannya agar tidak terlalu cepat turun ke bawah

6. Serahkan tali dari pembentang ke orang yuang ditengah.

Pembentang mengambil ujung bendera, dan mulai mundur sampai bendera terbentang.

7. Membentangkan bdenra sampai aba – aba dari Pemimpin Upacara “ TEGAK =GERAK “. Pembentang dan Pembawa bendera melipat bendera menjadi dua bagian dengan warna putih menghadap ke arah pasukan.

8. Pembawa Bendera melakukkn tindakan penyelamatan pada tali.

9. Pembawa Bendera ( satu orang ditengah ) membuka catok tali dan bendera.

10. Serahkan tali tersebut kepada pengerek untuk diikat

Ketika pengerek mengikat tali pada tiang, pembawa bendera dan pembentang melakukan pelipatan bendera.

Pelipatan bendera ini bebas, asalkan rapih dan cepat.




Read More......

02 Juli 2009

TATA UPACARA BENDERA (TUB)

ARTI

Tata : mengatur, menata, menyusun

Upa : rangkaian

Cara : tindakan, gerakan

Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.

SEJARAH

Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.

DASAR HUKUM

1. Pancasila

2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)

3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)

MAKSUD DAN TUJUAN

a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.

b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah, yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

PEJABAT UPACARA

a. Pembina Upacara

b. Pemimpin Upacara

c. Pengatur Upacara

d. Pembawa Upacara

PETUGAS UPACARA

a. Pembawa naskah Pancasila

b. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

c. Pembaca Do’a

d. Pemimpin Lagu

e. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera

f. Kelompok Pembawa Lagu

g. Cadangan tiap perangkat

PERLENGKAPAN UPACARA

1. Bendera Merah Putih

Ukuran perbandingan 2 : 3

Ukuran terbesar 2 X 3 meter

Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter

2. Tiang Bendera

Minimal 5 meter maksimal 17 meter

Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 5

3. Tali Bendera

Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar dan bukan tali plastik

4. Naskah-naskah

  1. Pancasila
  2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
  3. Naskah Do’a
  4. Naskah Acara



Read More......

29 Juni 2009



duh... duh... duh... anak pastra ganteng-ganteng dan cantik-cantik juga ya kalau sudah mengunakan Pakaian Seragam Khusus, dan bagi pembaca yang setia berikut ini adalah salah satu pakaian seragam khusus yang di miliki pasukan strategi SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi dan pakaian ini adalah pakaian yang biasanya di gunakan oleh paskibra smk binakarya mandiri Kota Bekasi dalam mengikuti acara perlombaan.

Read More......

19 Juni 2009


ARTI LAMBANG PASTRA


1. JAMBUL yang terdapat pada burung garuda yang berjumlah 3 melambangkan bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi Didirikan pada bulan Ke-3 yaitu bulan Maret.

2. SAYAP yang terdapat pada burung garuda yang berjumlah 11 melambangkan bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi didirikan pada tanggal 11.

3. BULU yang terdapat pada leher burung garuda yang berjumlah 26 melambangkan bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi didirikan pada tahun 2006.

4. BURUNG GARUDA adalah burung yang suci yang dijadikan lambang Negara Kesatuan Republik INDONESIA yang berarti lambang Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi mengacu pada lambang Negara dan di bawah naungan Negara.

5. Sesanti “PASTRA” adalah nama kesatuan PASKIBRA SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi.

6. PITA MERAH PUTIH di kiaskan sebagai pengikat tali persaudaraan Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mndiri Kota Bekasi.

7. GUCI di kiaskan sebagai tempat/wadah nya ilmu yang suci.

8. TERATAI
Teratai adalah tanaman yang dapat tumbuh di dua tempat, yaitu darat dan air. Maksudnya bahwa anggota Paskibrak itu harus siap dalam melaksanakan tugas diman saja. Mata Rantai
Terdiri dari lingkaran dan belah ketupat yang berarti persatuan, kebersamaan dan keluargaan. Belah ketupat bermakna anggota Paskibra putra yang berjumlah 16 dan lingkaran bermakna anggota Paskibra putri yang berjumlah 16, serta membentuk lingkaran yang menandakan arah mata angin. Maksudnya adalah bahwa anggota Paskibraka yang terdiri dari putra dan putri yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan saling bersatu. Bagian Teratai 3 buah kelopak bunga yang menjulang keatas dari kiri ke kanan, bermakna anggota Paskibra itu disiplin, aktif dan gembira. 3 buah kelopak bunga yang mendatar dari kiri kekanan, bermakna anggota Paskibra itu belajar berbakti dan bekerja. Tangkai bunga bermakna bahwa anggota Paskibra itu muncul dari ketidaktahuan menjadi tahu. Dan bagi Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi sendiri lambang ini kita kutip karena Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi juga di bawah naungan Paskibraka Kota Bekasi.

9. PADI DAN KAPAS

melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mnadiri Kota Bekasi dan seluruh Anggota yang selalu bekerjasama dalam mewujudkan kemakmuran Organisasi secara adil dan Bijaksana.

10. BENTENG melambangkan bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi memiliki kekuatan dan keteguhan dimana seluruh komponen anggotanya siap menghadapi berbagai bentuk rintangan dan teguh dalam memperjuangkan kejayaan dan kemakmuran

11. Sesanti “PASUKAN PENGIBAR BENDERA” melambangkan bahwa sebuah pasukan yang menjunjung tinggi tugas yang mulia yaitu mengibarkan bendera merah putih.

ARTI WARNA

MERAH melambangkan keberanian bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi Memiliki keberanian dalam membela kebenaran.

KUNING EMAS melambangkan keagungan bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi hanya mengagungkan 1 Tuhan.

HITAM melambangkan keteguhan bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi memiliki keteguhan hati dalam menentukan sikap dan prilaku

PUTIH melambangkan kesucian bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi menyelaraskan antara dunia dan akhirat.

HIJAU melambangkan kemakmuran bahwasanya Pasukan Strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri Kota Bekasi memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap lingkungan nya

Read More......

16 Juni 2009

SEJARAH BENDERA PUSAKA



1. Bendera Pusaka

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan tersebut, untuk pertama kalinya secara resmi Bendera Kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh Latief Hendaningrat dan Suhud. S. Bendera tersebut merupakan hasil jahitan Ibu Fatmawati Soekarno dan selanjutnya bendera inilah yang disebut “Bendera Pusaka”Bendera Pusaka berkibar siang dan malam ditengah hujan, tembakan sampai Ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada tahun 1946.Pada tahun 1948 Belanda melancarkan agresi militernya. Pada waktu itu Ibukota RI berada di Yogyakarta, Bapak Husein Mutahar (Bapak Paskibraka-red) ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk menyelematkan Bendera Pusaka. (Penyelematan Bendera tersebut merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakan berkibarnya Sang Merah Putih di persada Ibu Pertiwi)Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka tersebut terpaksa Bapak Husein Mutahar harus memisahkan antara bagian yang merah serta putihnya. Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan diantara Bendera tersebut berhasil dipisahkan. Selanjutnya kedua bagian tersebut masing-masing di simpan sebagai dasar pada kedua tas Bapak Husein Mutahar yang selanjutnya tas tersebut diisi dengan pakaian serta perlengkapan pribadi miliknya. Hal ihwal Bendera tersebut dipisahkan, karena pada waktu itu beliau mempunyai pemikiran bahwa setelah dipisah Bendera tersebut tidak lagi dapat dikatakan Bendera karena hanya sebatas secarik kain. Hal ini dilakukan guna menghindari penyitaan dari pihak Belanda.Tak lama setelah Presiden menyerahkan Bendera Pusaka, Beliau ditangkap dan diasingkan oleh Belanda bersama Wakil Presiden beserta staf kepresidenan lainnya ke Muntok, Bangka Sumatera. Sekitar pertengahan bulan Juni 1948 Bapak Husein Mutahar menerima berita dari Bapak Soejono , isi pemberitahuan itu yakni adanya surat pribadi Presiden pada dirinya yang pada pokoknya Presiden memerintahkan Bapak Husein Mutahar guna menyerahkan kembali Bendera Pusaka kepada Beliau dengan perantaraan Bapak Soejono yang selanjutnya Bendera Pusaka tersebut dibawa serta diserahkan kepada Presiden ditempat pengasingan (Muntok, Bangka).Setelah mengetahui hal tersebut, dengan meminjam mesin jahit milik isteri seorang dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua bagian tersebut disatukan kembali persis pada posisinya semula, akan tetapi sekitar 2 cm dari ujung Bendera ada sedikit kesalahan jahit.Selanjutnya Bendera tersebut di serahkan kepada Bapak Soejono sesuai dengan isi surat perintah Presiden.

2. Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta

Menjelang peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke II (1946-red), Presiden memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Bapak Mayor Laut (L) Husein Mutahar (yang kelak menyelamatkan Bendera Pusaka-red). Selanjutnya memberikan tugas untuk mempersiapkan dan memimpin upacara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1946 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta (pada tahun 1946 Ibukota RI berada di Yogyakarta-red).Pada saat itu Bapak Husein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa maka pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putera dan 2 orang puteri perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta.Formasi pengibaran seperti ini dilakukan sampai dengan tahun 1948.Pada tanggal 6 Juli 1949 Presiden bersama Wakil Presiden tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka (tempat pengasingan-red) dengan membawa kembali Bendera Pusaka. Tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan di Negeri Belanda dan mengubah bentuk negara Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat dan menyerahkan kekuasaan di Jakarta. Sedangkan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat dilakukan di Yogyakarta.Tanggal 28 Desember 1949 Presiden kembali ke Jakarta guna memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat. Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota RI dan pada hari itu juga Bendera Pusaka juga dibawa ke Jakarta.Untuk pertama kali peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1950 diselenggarakan di Istana Merdeka, Jakarta. Bendera Pusaka Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang tujuh belas dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa Indonesia.Regu-regu pengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah tangga Kepresidenan.

3. Percobaan Pembentukan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka Tahun 1967 dan Pasukan Pertama Tahun 1968

Pada tahun 1967 Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta (5 orang-red), kemudian beliau mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : Kelompok 17/Pengiring (Pemandu), Kelompok 8/Pembawa (Inti), Kelompok 45/Pengawal. Ini merupakan simbol yang diambil dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945Pada saat itu dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas Pengibaran Bendera Pusaka.Semula rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI-red) , tetapi pada waktu itu libur perkuliahan dan transfortasi Magelang-Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit untuk dilaksanakan.Usul lain untuk menggunakan pasukan elite ABRI (RPKAD, PGT, MARINIR, BRIMOB) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di Istana Jakarta.Tahun 1968, petugas Pengibar Bendera Pusaka adalah pemuda utusan propinsi. Tetapi belum seluruh propinsi mengirimkan utusan sehingga harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya terlalu tua sehingga tidak mungkin untuk dikibarkan kembali, maka dibuatlah duplikat. Untuk dikibarkan di tiang 17 Meter Istana Merdeka, telah tersedia Bendera Merah Putih dari bahan Bendera (wool) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.Bendera Merah Putih duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah idealnya terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putihnya langsung ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia.Pembuatan Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dengan dibantu oleh PT Ratna di Ciawi Bogor. Dalam prakteknya pembuatan duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat ideal yang ditentukan Bapak Husein Mutahar, karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah yang standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin akan lama.Tanggal 5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu upacara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan di masing-masing daerah dapat dikibarkan duplikat Bendera Pusaka dan pembacaan Naskah Proklamasi bersamaan dengan Upacara Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan yang dilakukan di Istana Merdeka, Jakarta. Selanjutnya kedua benda tersebut juga di bagikan ke Daerah Tingkat II serta perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.Bendera Duplikat mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput Bendera Duplikat yang dikibarkan/diturunkan. Pada tahun itu juga resmi anggota PASKIBRAKA adalah remaja SMTA se-tanah air yang merupakan utusan dari tiap-tiap propinsi. Setiap propinsi di wakili oleh sepasang remaja.Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS akronim dari Pasukan, KIB akronim dari Pengibar, RA berati bendera, KA berati Pusaka. Mulai saat itulah resmi singkatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah PASKIBRAKA sampai saat ini.
Dirangkum dariBuku Kenangan 25 Tahun
PASKIBRAKADirektorat Pembinaan Generasi Muda
Ditjen Diklusepora DepdikbudTahun 1993
Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden Soekamo memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatanDetik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, dihalaman Istana Presiden Gedung Agung YogyakartaPada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk kelompokkelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari lima orang pemuda - pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.Namun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi belum mewakili apa yang ada dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 didatangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada kurun waktu itu memang belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs Idik Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar. ”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya. Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala. Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. ”Pas” berasal dari kata pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan ”ka” dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda Pengukuhan (Lencana Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi para anggota Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam akronim Paskibraka dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah, dengan perjuangan keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka dapat dicegah. Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan:

(1) BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
(2) BENDERA PUSAKA hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus.
(3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam keadaan sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila Presiden ngotot mengubah nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun 1958. Presiden akhirnya tidak jadi membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya diganti menjadi ”Pasukan Pengibar Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa, nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan.
Sumber : Bulletin Paskibraka 78,

Read More......

14 Juni 2009


foto bersama setelah pengibaran 17 an keren kan????

Read More......

10 Juni 2009

penerimaan anggota baru


berikut ini adalah foam formulir pendaftaran anggota baru pasukan strategi (PASTRA) SMK Binakarya Mandiri 2

Read More......

31 Mei 2009


foto ini kami ambil pada saat setelah acara pengibaran 17 agustus 2008 yang menjadi petugas pengibarnya adalah pasukan strategi angkatan 4

Read More......

pasukan strategi angkatan 3


ini adalah pasukan strategi angkatan 3 yang kita ambil pada saat setelah acara pelantikan angkatan 4

Read More......

30 Mei 2009

LOMBA DI BRIGASPAD


foto ini kami ambil pada saat Pasukan Strategi SMK Binakarya Mandiri 2 mengikuti perlombaan di SMKN 1 Cikarang Barat

Read More......

pasukan strategi angkatan 2


gambar ini kami ambil pada saat perlombaan tingkat kota bekasi yang di adakan oleh PPI Kota bekasi. yang di adakan pada tanggal 8 maret 2008

Read More......